Showing posts with label bantarangin. Show all posts
Showing posts with label bantarangin. Show all posts

Tuesday, February 2, 2016

Kilas Balik Monumen Bantar Angin


Pada artikel sebelumnya kita telah berkenalan dengan monumen Bantarangin, yaitu monumen yang dibangun untuk mengabadikan sejarah Kerajaan Bantarangin, yaitu kerajaan yang dibangun oleh Prabu Klonoswandono. Namun, bagaimana cerita dibalik Monumen Bantarangin itu?

Penulis menemui Mbah Kusni untuk mendengar cerita dibalik Monumen Bantarangin ini.
“Tersebutlah Siswandono putra Ratu Kediri, diminta untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi ratu di Kediri. Siswandono merasa itu merupakan tanggung jawab yang sangat besar dan ia merasa belum sanggup mengemban amanah itu. 


Karena itu, Siswandono berkelana ke Gunung Lawu. Siswandono  berguru mencari ilmu untuk keselamatan jiwa raganya dan tuntunan yang baik untuk mengatur pemerintahan. Sesampainya di Gunung Lawu, ia bertemu dengan Ki Hajar Soko kemudian Siswandono berguru kepada beliau. Dia juga betemu dengan Pujangga Anom yang datang dari arah selatan, yang juga akan berguru kepada Ki Hajar Soko. Karena sama-sama bertemu di perguruan Ki Hajar Soko, Siswandono menganggap Pujangga Anom sebagai adik. Dari perguruan inilah hubungan Siswandono menjadi dekat dengan Pujangga anom, sehingga sejak saat itu Pujangga Anom menjadi pendamping setianya.
 
Setelah sekian waktu, Siswandono akhirnya lulus dari perguruan Ki Hajar Soko. Seiring lulusnya Siswandono, Ki Hajar Soko memerintahkannya untuk mencari abu yang ia buang kearah timur-selatan (tenggara).

“golekono cebloke awu iki. (Silahkan kamu cari letak jatuhnya abu ini)” kata Ki Hajar Soko kepada Siswandono. Mendapat perintah tersebut, Siswandono segera berangkat berangkat ditemani Pujangga Anom. Oleh gurunya, ia dibekali pusaka Pecut Cemeti Samandiman, Payung Tunggul Naga, dan Tombak Jabardas. Mereka melakukan pengembaraan mencari jatuhnya abu keaarah tenggara. Setelah menempuh perjalanan jauh, mereka menemukan tempat tersebut. Di sana, kemudian dibangunlah suatu kerajaan yang disebut dengan Bantarangin. Siswandono pada akhirnya dinobatkan menjadi Ratu Bantarangin dengan berganti nama menjadi Prabu Klono Sewandono.”

Tempat yang sekarang dibangun monumen Bantarangin ini mulanya adalah Bumi Sabuk Janur, yaitu tanah milik mbah Kusni. Pemerintah, melalui saran dan perhitungan dari sesepuh Ponorogo, Mbah Wo Kucing, mendirikan monumen Bantarangin di desa Somoroto ini. 

Sebenarnya sampai saat ini belum ada penelitian yang menyatakan apakah tlatah Bantarangin memang benar-benar berada di desa Somoroto ini.

Salah satu yang menguatkan tlatah Bantarangin ada di sekitar desa Somoroto ini adalah bahwa dahulu sekitar desa ini terdapat tembok tinggi yang berdiri kokoh dengan batu bata besar dan tebal seperti jaman kerajaan.

Tembok ini diduga dan akhirnya diyakini oleh masyarakat sebagai bekas kerajaan Bantarangin. Seiring berjalannya waktu, batu-bata yang tertinggal disekitar sini digunakan masyarakat untuk membangun pondasi rumah. 


Bersyukur, Mbah Kusni masih menyimpan satu buah batu bata serpihan bangunan tersebut. Namun, belum ada yang menjamin kaitan batu tersebut dengan tlatah Bantarangin. 

Harapan kedepannya, ada penelitian arkeolog yang dapat menggali dan meneliti lagi di mana letak pusat kerajaan Bantarangin di Ponorogo.

Kontributor : Oldina Novalia R.

Sunday, January 24, 2016

Monumen Bantarangin


Monumen Bantarangin berada di Somoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo. Monumen ini terletak sekitar 8 Km ke arah barat dari pusat kota Ponorogo. Terletak di sekitar persawahan dan beberapa rumah penduduk, monumen ini terlihat seperti pelataran yang memiliki panggung sebagai arena pertunjukan.

Akses jalan menuju Monumen Bantarangin terbilang sudah sangat mudah. Jika dari pusat kota atau Alun-alun Ponorogo, kita berjalan ke arah utara menuju perempatan Tambakbayan. Kemudian belok kiri mengikuiti jalan besar, lurus sekitar 6 Km menuju pasar Somoroto. Dari sini terdapat 2 alternatif jalan, menyibak ramainya pasar Somoroto atau melewati jalan utama. Untuk akses yang lebih mudah dan nyaman, pilih akses jalan utama menuju arah Badegan atau Wonogiri. Hanya berjarak sekitar 2 Km dari pasar Somoroto kita akan menemukan gapura Bantarangin di sisi kiri jalan. Melalui gapura tersebut kita berjalan ke arah selatan melawati rumah-rumah penduduk. Sekitar 2 menit dari gapura, tibalah kita di lokasi Monumen Bantarangin.


Di sana terdapat sebuah panggung pertunjukan seperti yang berada di Alun-Alun kota, lengkap dengan pelataran yang cukup luas. Sejak monumen ini berdiri di era bupati Amin, panggung utama dan pelataran ini digunakan untuk memperingati Grebeg Tutup Suro sebagai rangkaian dari prosesi Grebeg Suro (peringatan tahun baru islam di Ponorogo). Saat Grebeg Tutup Suro, di sana rutin diadakan pertunjukan seni Reyog dan Kirab Budaya Festival Bantarangin. Selain penggung, di sana juga berdiri patung Prabu Klono Sewandono yang memengang pecut Samandiman.
Monumen Bantarangin berdiri sejak tahun 2010 di tanah seluas 5.600 meter persegi yang dulunya merupakan area persawahan milik Mbah Kusni, warga sekitar Bantarangin. Pendirian Monumen Bantarangin ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah Reyog Ponorogo. Monumen ini didirikan sebagai tanda bahwa kerajaan Bantarangin dengan Prabu Klono Sewandono sebagai raja memang benar adanya. Menurut penuturan warga sekitar, tanah tempat didirikannya monumen ini dulunya merupakan area Keputrenatau tempat mandi para putri kerajaan Bantarangin.
Kerajaan Bantarangin ki asline milai etan mriko, dugi mriki niki. Tapi negoro pengen mbangun, nggih sumelehe wonten mriki nggih sampun, sami mawon. Ning asline mriku niku asline taman keputren (kerajaan bantarangin itu aslinya mulai daerah timur sampai sini. Tapi karena pemerintah ingin membangun (monumen), ya di sini sama saja. Tapi aslinya di sutu dulu Taman Keputren).” Ujar salah seorang warga.
Bagi pengunjung, jangan khawatir haus atau kepanasan karena terik matahari di sini. Di sekitar Monumen Bantarangin terdapat beberapa warung kecil yang menyediakan aneka minuman dan makanan kecil. Keberadaan warung ini dapat digunakan untuk pengunjung duduk santai menikmati semilir angin persawahan sekitar.

Mari berkunjung ke Monumen Bantarangin menilik sejarah kota bersejarah, Ponorogo. Salam Pariwisata!
Penulis dan foto : Oldina Novalia Rahmadaniar.