Sunday, February 7, 2016

Rahasia Kemegahan Reyog

Pengrajin Reyog
Kemegahan seni Reyog Ponorogo sudah sangat terkenal bahkan hingga mancanegara. Keindahan gerak dan iringan musik para peraga telah berhasil menghipnotis setiap mata yang memandang. Topeng raksasa dengan kepiawaian pemainnya menggigit beban dengan tinggi mecapai 3 meter dan berat hingga 70 kg menjadi lakon yang ditunggu-tunggu, menciptakan kekaguman tersendiri bagi setiap penonton. 


Sebagai Kota Reyog, Ponorogo memiliki banyak pengrajin reyog terkemuka. Salah satunya adalah kerajinan reyog milik Pak Sardju. Sejak tahun 1992 Pak Sardju berkiprah dalam usaha produksi seperangkat kerajinan Reyog. Terletak di desa Somoroto, kecamatan Kauman, Pak Sardju menjadikan rumahnya sebagai tempat produksi sekaligus membuka lapak untuk memasarkan hasil produksinya.
 
pak Sarju berpose dengan putri indonesia
Selama 20 tahun, pak Sardju telah banyak melayani konsumen baik dari dalam maupun luar negeri. Dari berbagai perangkat Reyog, topeng raksasa alias dhadak merak adalah produk yang banyak diproduksi di pabrik rumahan pak Sardju.
“Banyak yang pesan. Sering ekspor juga ke luar negri. Kemarin baru kirim ke Amerika, Korea. Jepang juga pernah,” ujar mas Agus, karyawan yang sejak kecil mengabdi di sana.
Komponen reyog bisa dibilang cukup sulit didapat. Sehingga tidak heran jika harga satu unit dhadak merak dihargai mencapai 30-an juta rupiah, tergantung ukuran dan kualitasnya.
“kalau yang dari kulit macan memang lebih mahal. Barongannya bisa sampai 13 juta per unit. Itu barongan saja, belum dhadaknya. Semakin besar semakin mahal,” tambah mas Agus.

Ya, kulit kepala barongan ada yang menggunakan kulit macan asli atau menggunakan kulit sapi yang dilukis sehingga menyerupai kulit macan. Kulit macannya berasal dari macan yang telah mati di pulau Kalimantan atau Sumatra dan tentunya didapat melalui perijinan yang sangat ketat. Begitu pula dengan bulu merak. Untuk mendatangkannya dari India, juga harus melalui perijinan yang tidak kalah ketat. Perdagangan semacam ini memang telah diatur oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi para produsen reyog. 

Bulu merak untuk dhadak merak didatangkan khusus dari India. Mengapa? Menurut mas Agus, bulu dari India berukuran lebih besar dan harga belinya juga setengah harga beli bulu merak di Indonesia. Dengan ini, produsen dapat menekan harga produksi dan bisa menjual produknya dengan harga yang sesuai pasaran.
Untuk memproduksi satu unit dhadak merakdibutuhkan waktu sekitar satu bulan. Waktu itu adalah yang dibutuhkan untuk pengerjaan kerangka dhadak, pembuatan kepala barongan, pemasangan bulu merak pada kerangka, dan memberi hiasan payetan (manik-manik) pada tubuh dhadak merak.

Di kerajinan reyog pak Sardju tidak hanya menjual topeng raksasa, namun juga menjual seperangkat perlengkapan tari reyog, wayang kulit, dan topeng seni barongan dari kabupaten Tulungagung. Selain itu, di sana juga memproduksi dan menjual souvenir dhadak merak mini yang memiliki tinggi mulai dari 30 cm. Souvenir ini dihargai mulai dari Rp. 300.000,00 hingga Rp. 600.000,00.

Penulis : Oldina Novalia Rahmadaniar.
Foto : Shandy A A Miraza

Artikel Terkait

Rahasia Kemegahan Reyog
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email