Wednesday, August 5, 2015

Liputan Thole Gendhuk / Duta Wisata Cilik Ponorogo 2015


Ponorogo, 4 Agustus 2015
Perhelatan pemilihan duta wisata kabupaten Ponorogo kemarin (4/8/15) masuk babak grand final, acara tersebut dihelat di gedung Sasana Praja  Ponorogo. 



Gedung lantai 2 tersebut serasa tidak muat dengan antusias para pendukung maupun para pengunjung,  pengunjung bukan hanya masyarakat Ponorogo banyak pengunjung luar kabupaten yang menyempatkan diri untuk hadir, karena acara ini jauh hari sudah disuarakan baik lewat website atau media lainnya.


"Spektakuler....... Luar biasa...." ucap Praminto yang kemarin hadir beserta 2 remajanya, dia datang jauh-jauh dari Mojokerto diniati ingin melihat parade 212 reyog dan remajanya merengrengek ingin melihat pemilihan duta wisata ini. Tata panggung dan lampunya luar biasa, nuansa jawanya sangat kentara, imbuhnya.
Perhelatan Thole Gendhuk 2015 kemarin mengambil tema "ethnic of java", kata panitya, menurutnya banyak talenta-talenta muda yang mengikuti ajang ini banyak yang mengusai dan menampilkan kesenian ber-etnis jawa, maka diputuskannya baik tata panggung dan dekorasi latar berupa gunungan pewayangan.



Para peserta Thole Gendhuk ini adalah usia Sekolah Dasar kelas 4-6, mereka mewakili sekolah atau kecamatan atau pribadi.
 


Acara ini dibuka oleh bupati Ponorogo dan ditandai dengan penyerahan gunungan wayang dari bupati kepada salah satu peserta thole 2014 sebagai pertanda resmi grand final pemilihan duta wisata thole gendhuk dibuka. 

Tiba-tiba ruangan sasana praja menjadi gelap, dan hanya satu lampu yang berada di kanan panggung yang baru dinyalakan, nampak thole yang menerima gunungan dari bupati tadi langsung memainkan di depan layar dan batang pisang. 




Gamelan bergemuruh dengan rancak, dan dalang cilik inipun dengan lincah memainkan wayang dan gununganya mirip main pedang-pedangan, suaranya besar mantab dan sesekali berubah mirip suara perempuan, persis dalang-dalang dewasa memainkan wayang, sementara kaki kanannya terus menyepak-nyepak benda yang berada di kotak besar disampingnya yang menimbulkan bunyi gemerenceng. Dalang cilik ini menceritakan dengan singkat proses berdirinya kabupaten Ponorogo dimulai dari jaman berakhirnya kerajaan Majapahit dan munculnya kerajaan Demak Bintoro, Raja Demak mengutus adiknya yang bernama Raden Katong untuk memadamkam pemberotakan di Wengker (Ponorogo jaman dulu), kisah haru biru percintaan raden Katong dengan putri Niken Gandhini (anak musuhnya Ki deman suryongalam), dan sampai berjasilnya menyelesaikan tugas dan mendpat anugrah menjadi bupati di Ponorogo. Cerita berakhir ketika 2 gunungan di gelar kembali. Riuh tepuk tangan penonton ketika dalang cilik itu berdiri sambil membungkukan badan berpamitan turun panggung.

Dan tiba-tiba panggung selatan bergemuruh kembali, lampu berawana-warni menyala dan tampak asap biru putih menyembul, dari kana kirinya muncul rombongan penari lelaki dan perempuan beberapa pasang. Jalannya lenggak-lenggok mirip anak yang sedang dolanan (bermain), sementara penari perempuanya ayu dan centil bergerak mengikuti gamelan yang dibunyikan. Gending cublak-cublek suweng, dilanjut gending dolanan lainnya. Tarian baru berakhir ketika mereka memperagakan gerakan akrobatik mirip pemandu sorak di kejuaraan bola basket seperti foto diatas.





Memasuki acara inti para peserta menengah satu persatu mengambil gunungan kecil yang berisi pertanyaan yang harus dijawab didepat dewan juri dan para penonton, gunungan tersebut disebutkan nomornya dan mc membacakan isi pertanyaan tersebut. Jawaban mereka spontan dan lugas, dan sering kali mengundang tawa yang hadir.




"Apa yang anda harapakan kepada bapak bupati kalau anda memenangkan pemilihan thole genduk ini....." kata mc yang membacakan pertanyaan berdasar acakan gunungan yang mereka ambil.
"Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan, saya berharap bupati lebih memajukan pendidikan, kesehatan, memperbaiki jalan, memajukan parawisata dan kebudayaan di Ponorogo." jawabnya, yang mendapat aplaus penonton dan membuat bupati tersenyum simpul.
"Siapa orang yang terpenting dalam hidupmu...." kata mc membacakan pertanyaan pada peserta yang lainnya.
"Orang yang terpenting dalam hidup saya adalah kedua orang tua saya saya ada seperti sekarang ini karena jerih payahnya, dan yang kedua adalah guru saya, karena beliualah saya bisa seperti sekarang ini...." jawabnya yang mendapat aplus dan haru penonton.
Grand final Thole Gendhuk kemarin menyisakan 15 pasangan, dari 146 peserta sebelumnya. Mereka sebelumnya harus menjalani test tulis, tes talenta, dan wawancara. Dan dari semua yang mengikuti akhirnya terpilih 15 pasang tersebut.








Dan dari hasil kemarin akhirnya dipilihlah pemenang Thole Gendhuk 2015, wakil Thole Gendhuk 2015, Favorite Thole Gendhuk 2015.
Tangis haru para peserta yang menang atau kalah ak bisa disembunyinkan, namun mereka sportif seperti ajaran ketika mereka dikarantina, kebersamaan dan kekompakan tetap harus mereka kedepankan.
Begitu juga para orang tua dan para pendukung mereka, bangga ucapan selamat berdatangan dengan saling berpelukan dan berciuman dengan putra putruinya.
Menurut panitiya penyelenggara, diharapkan dari perhelatan ini bisa mengasah talenta-talenta muda yang kelak bisa membantu memajukan pariwisata dan budaya di kabupaten Ponorogo. Panitiya sendiri terdiri dari para pemenang Kakang Sendhuk 2015 (usia remaja). Mereka bersama juri akan bekerja profesional, dari awal mereka berkotmintmen akan jujur adil dan tanpa keperbihakan.


Penulis : Nanang Diyanto
Foto : Daniel Puji R & Shandy A A Miraza

Artikel Terkait

Liputan Thole Gendhuk / Duta Wisata Cilik Ponorogo 2015
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email