Sunday, February 14, 2016

Liputan Pentas Teater Ponorogo

Udhar SMA 2 Ponorogo

pariwisataponorogo.com 13 Februari 2016, pertunjukan teater 2 (dua) bulanan kali ini meriah dari sebelumnya, tribun penuh sampai sampai meluber ke bibir depan panggung, sebelum  tampilan teater dibuka oleh  tampilan pantomim yang sangan menghibur penonton.

pantomim tampilan pembuka

Penampilan pertama dengan judul UDHAR berkisah :
Figure Amour Demandeurs
 
Presmisse Suminten yang notabene merupakan salah satu ikon sejarah babad Ponorogo selalu mengusik jiwa. Bahkan tidak habis untuk diulas dalam berbagai versi dan bentuk pertunjukan.
Namun kali ini, Mutter yang bekerjasama dengan PSTP mencoba menampilkan Suminten dari sudut pandang berbeda. Dengan kemasan monolog gerak, Mutter ingin menampilkan Suminten yang berbeda.
 
Kami yakin bahwa pertunjukan ini masih jauh dari sempurna. Ditambah pemahaman masyarakat awam untuk memahami secara harfiah sebuah pertunjukan drama/teater, mungkin disini mereka akan mengalami sedikit kesulitan.
Namun dengan pemahaman "ngUDHARi jiwo Suminten" akan terjalin rasa gundah, sedih, bahagia, suspense jadi satu yang akhirnya kita akan paham mengapa harus Udhar.
Jelas ini bukan cerita sejarah yang mengupas bagaimana sepak terjang warok dan kaum muda pada zaman tersebut. Butuh pemahaman yang lebih dalam, memang.
Mengusung genre eksistensialisme minimalis, koreografer Anggie Kharisma, penata musik Gandarwo, serta penulis naskah Rahadian Sindhupati, berharap pemirsa dapat menerima dan menyaksikannya. Aria Sindhupati
 
 
ngampet gendheng
Penampilan berikutnya berjudul "Ngampet Gendheng"
Berkisah di malam hari bulan purnama jam 23:45 di pedukuhan pucang anak lereng gunung linggo, kadipaten Trenggalek dekat tapal batas dengan kadipaten ponorogo, Suro Gentho seorang dedengkot bromocorah sedang berdiri congkak diatas bongkahan batu menghadap ketimur menenteng obor, mengurai sumpah serapah atas misinya malam itu. untuk membegal dan membuat keonaran di beberapa penjuru wilayah kadipaten trenggalek. Dari luar kadipaten terdengar suara teriakan teriakan dan kegaduhan2 kemudian di ikuti langkah seorang abdi dalem yang tergopoh gopoh melaporkan kejadian semalam.
 
Gusti Adipati medar sabdo, tiba tiba suasana menjadi mencekam.
Diluar kadipaten beberapa rakyat dan para warok salah satunya adalah warok guno seco, sedang mondar mandir sembari mendengarkan sabda adipati dan gayung bersambut. Guno Seco langsung menindak lanjuti informasi tersebut untuk merangket para begal.
Dengan demikian gunoseco bermaksud untuk memenangkan sayembara tersebut dan menjodohkan dengan anaknya yang bernama suminten.
 
Namun Subroto telah dipertemukan dengan anak warok suromenggolo yang bernama cempluk, hal ini menjadikan suminten ngampet perasaan nya kepada Subroto sampai menjadi gila. Guno Seco tidak terima dengan masalah yang menimpa dirinya Dwi Harum
 
Liputan : Shandy A A Miraza
 

Artikel Terkait

Liputan Pentas Teater Ponorogo
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email