Jamasan /Memandikan Pusaka |
Kali pertama kirab pusaka tidak melewati jalur yang sudah bertahun-tahun menjadi tradisi dilewati, selama ini rute kirab berawal dari komplek makam Raden Katong melewati Pasar Pon, perempatan Pasar Songgolangit, perempatan Tambak Bayan dan berakhir di pendopo atau paseban kabupaten Ponorogo, jalur ini sudah puluhan tahun digunakan kirab, jalur ini lebih pendek dan nyaris lebih simple dibanding jalur yang kemarin dilalui kirab.
Jalur kirab lama dari arah belakang komplek kabupaten Ponorogo. Jalur lama lebih lurus dan menjadikan titik kumpul yang lebih banyak dan lebih dapat mengurai kemacetan, sehingga jalan-jalan alternatif bisa berfungsi, mungkin alasan ini yang melatar belakangi pihak panitia sebelumnya mengapa melewati perempatan Tambak Bayan. Sedangkan jalur yang dipakai waktu kirab grebeg Suro 2015 ini dari perempatan Pasar Songgolangit belok ke selatan sampai pertigaan Ngepos, lalu belok ke barat jalan Jenderal Sudirman dan masuk dari arah depan pendopo atau paseban kabupaten Ponorogo.
Jalur yang kemarin dipakai konon jalur yang dipakai waktu boyongan kali pertama dari kota lama ke kota yang sekarang. Kirab ini adalah prosesi mengenang perpindahan pusat pemerintahan dari kota lama ke kota baru kota yang sekarang ini dipakai sebagai pusat pemerintahan.
Banyak pergunjingan, rasan-rasan, serta ketakutan, bahkan ada satu keoptimisan dari perubahan dalam perayaan tradisi ini, berikut ini ceritanya.
Menurut pak Nardi salah satu juru kunci, biasanya setiap perubahan merupakan firasat atau tanda ke arah satu tahun kedepan.
"Kulo sampun 4 dinten 4 dalu dereng tilem mas...., masio kulo pekso nggih mboten saget tilem, biasane bade wonten kabar, tibakno jalure liwat pusoko di-ubah." cerita pak Nardi, sudah 4 hari 4 malam tidak bisa tidur, meski dipaksa juga tidak bisa terpejam, kalau ada kejadian demikan katanya ada kabar atau pertanda, ternyata ada perubahan jalur lewatnya pusaka."
Acara kirab kemarin didahului oleh marching bands dari beberapa sekolah di Ponorogo, mulau dari tingkat SD, SLTP, sampai SLTA mereka sebagai pembuka jalan, sebagai cucuk lampah sebelum peserta arak-arakan.
Bupati Ponorogo |
Pengusung pusaka tombak Tunggul Nogo dan Cinde Wulung di uarutan berikutnya, pusaka dibawa oleh para pegawai kabupaten dan perwakilan dari dinas yang berada di kabupaten Ponorogo.
Bupati dan rombongan Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) berada di belakang iring-iringan pusaka, Ketua DPRD, Sekwilda, Kapolres, Dandim, Kepala Kejaksaaan, Kepala Pengadilan, Para Kepala Dinas dan Departemen, Para Direktur yang berada di bawah bupati, para camat mengikuti dibelakang bupati.
Putri Songgo Langit yang diperankan oleh Puteri Indonesia Persahabatan 2015 Lestari Adelia, diikuti Finalis Kakang Sendhuk Ponorogo 2015.
Rentetan sejarah Ponorogo dari masa ke masa dipertontonkan, mulai dari jaman Wengker sampai jaman sekarang, pakaian adat dari masa-masa, busana dan persenjataan prajurit, serta tata rias para putri pada jaman masing-masing era di balut apik yang diperagakan oleh siswa-siswa tingkat SMP dan SMA yang ada di kabupaten Ponorogo.
Acara kirab berakhir di depan paseban dan pendopo kabupaten Ponorogo, dilanjutkan Tumpeng Porak, tumpeng yang berisi makanan dan hasil pertanian yang diperebutkan oleh para masayarakat yang sudah lama menunggu berakhirnya kirab, tua muda, lelaki perempuan saling berebut, mereka meyakini mendapat keberkahan dari makanan dari tumpeng yang diporak dan diperebutkan ini.
Tradisi, tahayul, dan harapan dari suatu perayaan merupakan cerita tersendiri dari masing-masing orang. Lambat laun terus berubah dan berkembang menyesuaikan jaman, serta menjadi salah satu dalam Pesona Indonesia
Sumber & Foto Nanang Beku, Damar Sasongko Beku, Daniel Raharjo Beku
"Selamat datang di Kota Reyog, Selamat datang di Ponorogo kota budaya"
Kirab Pusaka dan Jamasan Puncak Grebegsuro 2015
4/
5
Oleh
Admin