Kali ke dua Ponorogo menjadi tuan rumah of road 4x4 yang diselenggarakan oleh pecinta komunitas kendaraan yang bikin deg-degan tersebut. Acara tersebut diselenggarakan di hutan kayu putih jalan menuju pabrik mintak kayu putih Sukun. Apresiasi dari kepala perhutani setempat yang telah memberi izin areanya dipakai kegiatan ini. Lokasinya tidak terlalu luas sekitar 1-2 hektaran, berbeda dengan lokasi tanaman kayu putih lainnya lokasi ini memang disengaja tanamannya tidak diambil daunnya sehingga pepohonan dibiarkan meninggi dan pohonya membesar. Menurut salah satu pegawai perhutani tempat ini sedari dulu dibiarkan tetap hijau, untuk tempat beristirahat orang-orang yang pulang dari pasar atau tempat berteduh orang-orang yang sedang melakukan perjalanan ke arah Pulung-Ponorogo. Juga tempat berteduh para petani yang jadi binaan perhutani, para petani yang memanfaatkan lahan sekitar tanaman kayu putih, sambil bertani dia ikut merawat tanaman kayu putih. Sehingga tak heran pada penyelenggaraan ini banyak penonton yang membawa cangkul dan sabit, meraka para petani penggarap di sekitar lokasi diselenggarakan of road ini. Banyak diantara penonton yang kaget dan tidak tahu kalau ada ivent balapan.
Menurut mas Heri peserta dari Temanggung Jawa tengah lokasi ini sangat representatif, meski rute tidak terlalu panjang namun sangat mewakili jeram dan tanjakannya, bahkan sungai yang kebetulan sedang kering karena kemarau bisa dilintasi, sangat menantang meski tidak terjal dengan tidak adanya bebatuan. Lokasi ini merupakan bukit yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu luas dan di lingkari sungai, di mulai start melewati pepohonan yang besar, tikungan tajam, turunan tajam menuju sungai, masuk sungai dan menyelusuri sungai dan naik lagi berputar dengan tanjakan yang begitu ektrem berupa tanah gembur, sehingga tidak berbahaya akan tetapi sangat menantang. Mereka menyebut ALASKA, ALAS KAyu putih.
Lokasi ini dibagi 2 lokasi start dan finis yang bisa dilakukan secara bersamaan, sehingga penonton akan bebas dan tersebar sesuai keinginannya. Kedua lokasi masih berdampingan namun tingkat kesulitannya mirip. Dari etape 1 peserta pindah ke etape 2, dan dari etape 2 pindah ke etape 1 sehingga pelakasanaan lebih cepat selesai. Pada etape 2 peserta harus lebih berhati hati karena bila meleset sedikit masuk sungai dari ketinggian lebih 4 meter, dan untuk mencapai sungai peserta harus memutar dengan mengitari pepohonan kayu putih.
Meski matahari diatas kepala penonton diuntukan kan dengan rindangnya pepohonan yang menjulang, inilah keistimwewaan tempat ini. Para penonton bisa menonton dari ketinggian atau di balik pepohonan yang beundak mirip tribun. Penonton tidak dipungut biaya.
kata pak Jaimin petani di sekitar lokasi yang ikut menonton, dia takjub melihat anak 9 tahun dari Trenggalek yang pawai menyetir jeep yang keluar masuk jurang berbahaya.
Menurutnya lagi, balapan seperti ini lebih sering-sering diladakan bisa buat hiburan sambil bekerja.
Antusian penonton luar biasa karena baru kali ini diselenggakan ivent yang memacu adrenalin seperti ini, orang Ponorogo kebanyakan masih awam dan haus akan hiburan akrobatik seperti ini. Berkali-kali sorakan dan jeritan penonton tatkala ada jeep peserta yang terbalik, penonton menjerit histeris namun ketika pengemudinya aman dan selamat mereka bergeleng-geleng, perlengkapan dan keamanan kendaraan harus memenuhi standar, meski terjungkal mereka masih menempel di jok yang masih tertali oleh sabuk pengaman.
Acara ini digelar dalam rangka ikut memerihakan Grebeg Suro dari komunitas of road 4x4 Ponorogo. Peserta berdatangan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan beberapa kota di Jawa Timur. Mereka sudah terkordinasi dalan kegiatan yang rutine dari kota-ke kota yang memperebutkan trophy dengan hadiah yang lumayan tinggi. Banyak peserta muda usia SD atau SMP dan ini menjadi daya tarik dan ketakjuban dari para penonton.
Kejuaraan kemarin menghasilkan juara kelas 1000cc 1 Klub Hapy New Year, juara 2 Hery Jeram, juara 3 Heri Beer Hast dari Karang Anyar, Adam IOC juara 4, dan jura 5 Gandung Gamping Uwuk.
Sementara di kelas FFA juara 1 Dafa Mikola dari Sragen, juara 2 AWE PSM Ban, juara 3 Rahmad dari Rembang, juara 4 Agus Jimbun.
Para peserta banyak yang memuji, lokasinya luar biasa dan berharap suport dari pemda dan perhutani untuk memperbolehkan area nya dijadikan lokasi kejuaraan di lain waktu. Lokasi yang tak jauh dari kota, lokasi yang segar udaranya. Mereka juga berharap masyarakat ikut termotivasi untuk mencintai olah raga seperti ini, potensi pembalap tuan tumah luar biasa, banyak pembalap muda usia SD dan SMP yang kelak mereka yakini bisa tembus ke kancah nasional.
"Selamat datang di kota Ponorogo, kotanya olahraga dan budaya"
Nanang Diyanto
Super Competition Stage Off Road 2015
4/
5
Oleh
Admin